Makalah Miokarditis
1.1 Latar Belakang
Miokardium
lapisan medial dinding jantung terdiri atas lapisan dinding jantung yang sangat
khusus. Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. Pada umumnya
disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi dapat sebagai reaksi alergi
terhadap obat-obatan dan efek toksin bahan-bahan kimia dan radiasi (FKUI,1999)
Miokarditis
adalah inflamasi fokal atau menyebar dari otot jantung yang disebabkan oleh
infeksi atau penyebab lain sampai yang tidak diketahui (Doorland,2002)
Dengan
banyaknya kasus miokarditis yang terjadi di berbagai Rumah Sakit dan sebagai
pemenuhan tugas teknologi keperawatan, penyusun bermaksud membahas miokarditissecara
lebih detil dalam makalah ini.
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa
pengertian miokarditis?
b. Apa
etiologi miokarditis?
c. Bagaimana
penyakit ini dapat terjadi? (patofisiologi)
d. Apa
saja manifestasi miokarditis?
e. Apa
saja komplikasi miokarditis?
f. Apa
saja pemeriksaan penunjang miokarditis?
g. Bagaimana
penatalaksanaan miokarditis?
h. Bagaimana
asuhan keperawatan miokarditis?
1.3 Tujuan
a. Untuk
mengetahui pengertian miokarditis
b. Untuk
mengetahui etiologi miokarditis
c. Untuk
mengetahui Bagaimana penyakit ini dapat terjadi
d. Untuk
mengetahui manifestasi miokarditis
e. Untuk
mengetahui komplikasi miokarditis
f. Untuk
mengetahui pemeriksaan penunjang miokarditis
g. Untuk
mengetahui penatalaksanaan miokarditis
h. Untuk
mengetahui asuhan keperawatan miokarditis
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Definisi
Myocarditis
adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. Dari pengertian di atas
dapat disimpulkan bahwa myocarditis adalah peradangan otot jantung oleh
berbagai penyebab terutama agen-agen
infeksi.
Miokarditis
adalah peradangan pada otot jantung atau miokardium. Pada umumnya miokarditis
disebabkan penyakit-penyakit infeksi tetapi dapat sebagai akibat reaksi alergi
terhadap obat-obatan dan efek toksik bahan-bahan kimia radiasi. Miokarditis
dapat disebabkan infeksi, reaksi alergi, dan reaksi toksik. Pada miokarditis,
kerusakan miokardium disebabkan oleh toksin yang dikeluarkan basil miosit.
Toksin akan menghambat sintesis protein dan secara mikroskopis akan didapatkan
miosit dengan infiltrasi lema, serat otot mengalami nekrosis hialin.
Beberapa
organisme dapat menyerang dinding arteri kecil, terutama arteri
koronaintramuskular yang akan memberikan reaksi radang perivaskular miokardium.
Keadaan ini dapat disebabkan oleh pseudomonas dan beberapa jenis jamur seperti
aspergilus dan kandida. Sebagian kecil mikroorganisme menyerang langsung
sel-sel miokardium ysng menyebaban reaksi radang. Hal ini dapat terjadi pada
Toksoplasmosis gondii. Pada trikinosis, sel-sel radang yang ditemukan terutama
eusinofil (Elly Nurachmach, 2009).
Myocardium
lapisan medial dinding jantung yang terdiri atas jaringan otot jantung yang
sangat khusus (Brooker, 2001). Myocarditis adalah peradangan pada otot jantung
atau miokardium. pada umumnya disebabkan oleh penyakit-penyakit infeksi, tetapi
dapat sebagai akibat reaksi alergi terhadap obat-obatan dan efek toxin
bahan-bahan kimia dan radiasi (FKUI, 1999). Myocarditis adalah peradangan
dinding otot jantung yang disebabkan oleh infeksi atau penyebab lain sampai
yang tidak diketahui (idiopatik) (Dorland, 2002).
Miokarditis
adalah inflamasi fokal atau menyebar dari otot jantung (miokardium) (Doenges,
1999). Dari pebgertian diatas dapat disimpulkan bahwa myocarditis adalah
peradangan/inflamasi otot jantung oleh berbagai penyebab terutama agen-agen
infeksi.
2.2
Etiologi
Dan Klasifikasi
Klasifikasi miokarditis diketahui berdasarkan
etiologi. Etiologi miokarditis eringkali tidak diketahui dan disebut sebagai
idiopatik. Meskipun diketahui adanya penyebab inefektif dan non-infektif.
Hampir tiap infeksi (bakteri, virus, jamur, protozoa, dan lain-lain) dapat
menyebabkan menyebabkan miokarditis akut, meskipun infeksi virus Coxsackie,
sering didapatkan di Eropa dan Amerika Serikat, sedangkan tripanosomiasis
(penyakit Chagas) sering ditemukan di Amerika Serikat. Miokarditis Akut juga
dapat terjadi sebagai manifestasi infeksi HIV baik secara langsung atau sebagai
manifestasi infeksi oportunistik.
Kesimpulannya, etiologi miokarditis terbagi menjadi 2 kelompok besar, yaitu
akibat infeksi dan akibat non infeksi. Sedangkan klasifikasi miokarditis
terdiri dari banyak jenis.
1.
Acute
isolated myocarditis adalah miokarditis interstitial
acute dengan etiologi tidak diketahui.
2.
Bacterial myocarditis adalah
miokarditis yang disebabkan oleh infeksi bakteri.
3.
Chronic myocarditis adalah penyakit
radang miokardial kronik.
4.
Diphtheritic myocarditis adalah
mikarditis yang disebabkan oleh toksin bakteri yang dihasilkan pada difteri :
lesi primer bersifat degeneratiff dan nekrotik dengan respons radang sekunder.
5.
Fibras myocarditis adalah fibrosis
fokal/difus mikardial yang disebabkan oleh peradangan kronik.
6.
Giant cell myocarditis adalah
subtype miokarditis akut terisolasi yang ditandai dengan adanya sel raksasa
multinukleus dan sel-sel radang lain, termasuk limfosit, sel plasma dan
makrofag dan oleh dilatasi ventikel, trombi mural, dan daerah nekrosis yang
tersebar luas.
7.
Hypersensitivity myocarditis adalah
mikarditis yang disebabkan reaksi alergi yang disebabkan oleh hipersensitivitas
terhadap berbagai obat, terutama sulfonamide, penicillin, dan metildopa.
8.
Infection myocarditis adalah
disebabkan oleh agen infeksius ; termasuk bakteri, virus, riketsia, protozoa,
spirochaeta, dan fungus. Agen tersebut dapat merusak miokardium melalui infeksi
langsung, produksi toksin, atau perantara respons immunologis.
9.
Interstitial myocarditis adalah
mikarditis yang mengenai jaringan ikat interstitial.
10.
Parenchymatus myocarditis adalah
miokarditis yang terutama mengenai substansi ototnya sendiri.
11.
Protozoa myocarditis adalah
miokarditis yang disebabkan oleh protozoa terutama terjadi pada penyakit Chagas
dan toxoplasmosis.
12.
Rheumatic myocarditis adalah gejala
sisa yang umum pada demam reumatik.
13.
Rickettsial myocarditis adalah mikarditis
yang berhubungan dengan infeksi riketsia.
14.
Toxic myocarditis adalah degenerasi
dan necrosis fokal serabut miokardium yang disebabkan oleh obat, bahan kimia,
bahan fisik, seperti radiasi hewan/toksin serangga atau bahan/keadaan lain yang
menyebabkan trauma pada miokardium.
15.
Tuberculosis myocarditis adalah
peradangan granulumatosa miokardium pada tuberkulosa.
16. Viral myocarditis disebabkan oleh infeksi virus terutama
oleh enterovirus ; paling sering terjadi pada bayi, wanita hamil, dan pada
pasien dengan tanggap immune rendah (Dorland, 2002).
2.3
Patofisiologi
Kerusakan
miokard oleh kuman-kuman infeksius dapat melalui tiga mekanisme dasar :
1)
Invasi langsung ke miokard.
2)
Proses immunologis terhadap miokard.
3)
Mengeluarkan toksin yang merusak miokardium.
Proses
miokarditis viral ada dua tahap, fase pertama (akut) berangsung kira-kira 1
minggu (pada tikus) di mana terjadi invasi virus ke miokardium, replikasi virus
dan lisis sel. Kemudian terbentuk neutralizing antibody dan virus akan
dibersihkan atau dikurangi jumlahnya dengan bantuan makrofag dan neutral killer
cell (sel NK).
Fase
kedua miokardium akan diinfiltrasi oleh sel-sel radang dan sistem imun akan
diaktifkan antara lain dengan terbentuknya antibodi terhadap miokardium, akibat
perubahan permukaan sel yang terpajan oleh virus. Fase ini berlangsung beberapa
minggu sampai beberapa bulan dan diikuti kerusakan miokardium dan yang minimal
sampai yang berat.
Enterovirus
sebagai penyebab miokarditis viral juga merusakkan sel-sel endotel dan
terbentuknya antibodi endotel, diduga sebagai penyebab spasme mikrovaskular.
Walaupun etiologi kelainan mikrovaskular belum pasti, tetapi sangat mungkin
berasal dari respon imun atau kerusakan endotel akibat infeksi virus.
Jadi
pada dasarnya terjadi spasme sirkulasi mikro yang menyebabkan proses berulang
antara obstruksi dan reperfusi yang mengakibatkan larutnya matriks miokardium
dan habisnya otot jantung secara fokal menyebabkan rontoknya serabut otot,
dilatasi jantung, dan hipertrofi miosit yang tersisa. Akhirnya proses ini
mengakibatkan habisnya kompensasi mekanis dan biokimiawi yang berakhir dengan
payah jantung (Elly Nurachmach, 2009).
2.4
Gejala Klinis
Temuan pada kasus miokarditis akan bervariasi. Pasien mungkin
tampak sakit karena manifestasi lain dari penyakit virus yang mendominasi
gambaran klinis, dan keterlibatan miokard bisa memperjelas sejalan dengan
perjalanan penyakit (Crawford,2002). Adanya penyakit jantung sebelumnya juga
dapat mengaburkan temuan pada pemeriksaan miokarditis.
Manifestasi klinis pada kasus miokarditis tidak
menampakkan ciri khas seperti takikardia, kelainan EKG sementara, jarang
menyebabkan pembesaran jantung, irama gallop, dan dekompensasi jantung(Soeparman,
1987). Miokarditis
oleh rheuma akut disertai gejala berat. Pada gejala takikardia, terdapat
peningkatan suhu oleh infeksi sehingga frekuensi denyut nadi akan meningkat
lebih tinggi daripada denyut nadi normal pada suhu yang sama. Kasus pembesaran
jantung jarang terjadi namun dapat membesar secara tiba-tiba. Bunyi jantung
melemah diakibatkan kontraksi miokard menurun dan tidak dapat menutupnya katup
mitral dan trikuspid secara sempurna. Secara anatomis miokard ventrikel
kanan lebih tipis daripada ventrikel kiri sehingga seringkali terjadi
dekompensasi jantung khususnya jantung kanan.
Pada kasus yang lebih parah,
gagal jantung kongestif dengan distensi vena leher, wheezing, gallop dan edema
perifer dapa terdeteksi. Umumnya terdapat suara gesekan pleura dan pericardial
pada miokarditis virus akut, dan gangguan irama atau keterlambatan konduksi
Nampak jelas. Sirkulasi kolaps, dan syok dapat terjadi, namun jarang dijumpai. Gambaran klinisnya bergantung pada berat dan
lamanya peradangan. Pada miokarditis akut gambaran yang dominan adalah gagal
jantung akut. Pasien dapat tampat nyeri hebat, sesak nafas, dan dalam keadaan
curah jantung yag rendah. Tanda miokarditis adalah adanya takikardia yang tidak
sesuai dengan beratnya gagal jantung. Manifestasi miokarditis akut yang paling
berat adalah kematian jantung mendadak. Pada miokarditis kronis , misalnya pada
infeksi tripanosomiasis Amerika Selatan (Trypanosoma Cruzii), pasien bisa
datang dengan keluhan gagal jantung kronis.
2.5 Komplikasi
Kardiomiopati
Kongestif / dilatasi.
Brunner &
Suddarth (2009 ) menjelaskan bahwa ini dapat terjadi jika miokarditis menyerang
miokardium jantung, jika pengobatan yang dilakukan gagaldan prognosis pasien
buruk. Kardiomiopati kongestif atau dilatasi ditandai dengan adanya dilatasi
atau pembesaran rongga ventrikel bersama dengan penipisan dinding otot,
pembesaran atrium kiri, dan statis darah dalam ventrikel . Pada pemeriksaan
diagnostik mikroskopis otot ditemukan berkurangnya jumlah elemen kontraktil
serat otot atau miokardium.
Efusi Perikardial.
Salah satu
reaksi radang pada miokardium yang dapat berkembang luas adalah perikarditis
yaitu penumpukan cairan (eksudasi) di dalam rongga perikardium yang disebut
dengan efusiperikardial. Efusiperikardial ditentukan oleh jumlah dan kecepatan
pembentukan cairan perikard.Efusi yang banyak atau timbul cepat akan
menghambatpengisian ventrikel, penurunan volume akhir diastolic sehingga curah
jantung sekuncup dan semenit berkurang. Kompensasinya adalah takhikardia,
tetapi pada tahap berat atau kritis akan menyebabkan gangguan sirkulasi dengan
penurunan tekanan darah serta gangguan perfusi organ dengan segala akibatnya
yang disebut tamponade jantung. Bila reaksi radang ini berlanjut terus,
perikard mengalami fibrosis jaringan parut luas, penebalan,kalsifikasi dan juga
terisi eksudat yang akan menghambat proses diastolik ventrikel,mengurangi isi
sekuncup dan semenit serta mengakibatkan kongesti sistemik
(perikarditiskonstriktiva).
AV block total.
Dapat terjadi ketika miokarditis kronis telah menyebabkan
kematian jaringan di sekitar jantung terutama pada daerah ventrikel sehingga
terjadi penyumbatan aliran listrik jantung dan jantung tidak dapat memompa
darah dengan maksimal.
Trombi Kardiak
2.6
Pemeriksaan Diagnostik
- Laboratorium : leukosit, LED,
limfosit, LDH.
- Elektrokardiografi.
- Rontgen thorax.
- Ekokardiografi.
- Biopsi endomiokardial.
2.7
Penatalaksanaan
- Perawatan untuk tindakan
observasi.
- Tirah baring/pembatasan
aktivitas.
- Antibiotik atau kemoterapeutik.
- Pengobatan sistemik supportif
ditujukan pada penyakti infeksi sistemik.
- Antibiotik.
- Obat kortikosteroid.
- Jika berkembang menjadi gagal
jantung kongestif : diuretik untuk mnegurangi retensi ciaran ; digitalis
untuk merangsang detak jantung ; obat antibeku untuk mencegah pembentukan
bekuan.
- Terapi komplikasi : alat pacu jantung (blok total)
BAB
III
ASUHAN
KEPERAWATAN
Kasus:
Seorang
pasien di rawat diunit jantung RS Harapan Semua, dengan keluhan demam sudah
beberapa hari disertai sesak nafas, nyeri dada yang meningkat saat tarik nafas,
rasa berdebar-debar dan kelelahan yang meningkat. Pada penkajian didapatkan
pasien sudah sering panas hilang timbul selama ini sehingga beberapa kali
berobat dan dinyatakan ada infeksi, hasil pengukuran data TD : 110/80 mmHg,
Nadi 109x/menit, RR :22X/menit, suhu : 38,5 C. Hasil auskultasi bunyi jantung
melemah, disertai adanya bunyi gallop. Pada hasil pemeriksaan didapatkan
peningkatan eusinofil, LDH, hasil EKG sinus takikardia dengan dengan
peningkatan segmen ST dan gelombang T, hasil thorax foto terdapat kardiomegali
dan hasil echochardiography hipokinesis pada apeks. Pasien tirah baring di atas
tempat tidur dan diberikan terapi antipiretik dan antibiotic guna mencegah
komplikasi lebih lanjut. Dokter mendiagnosa pasien menderita miokarditis akut. Keluarga
bertanya mengapa pasien terkena penyakit ini
DATA
FOKUS
DATA
SUBJEKTIF
|
DATA
OBJECTIF
|
1.
Klien Mengeluh Demam
2.
Klien mengeluh Sesak nafas
3.
Klien mengeluh Nyeri dada saat
menarik nafas
4.
Klien mengeluh Detak jantung
tidak teratur
5.
Klien mengeluh Kelelahan dan
letih
6.
Keluarga dan klien bertanya
kenapa bisa terkena penyakit ini
7.
Klien mengatakan skala nyeri 5
|
1. TTV
:
TD: 110/80 mmHg N: 109 kali/ menit RR: 22 kali/menit S: 38,50 C
2. Klien
tampak lemah
3. Klien
tampak tidak mau makan
4. Klien
tampak gelisah
5. Klien
tampak menggigil
6. Kaji
Nyeri
P: saat menarik nafas Q: seperti tertekan R: dada S: Skala 5 T: < 30 menit
7. Hasil
EKG:
a. Sinus
takikardia
b. Elevasi
segmen ST dan gelombang T
8. Rontgen
thorak cardiomegaly
9. Echocardiography
hipokinesis pada apeks
10. Hasil
auskultasi bunyi jantung melemah dan disertai bunyi gallop
11. Hasil
pemeriksaan lab :
a. Peningkatan
Eosinofil
b. Peningkatan
LDH
|
ANALISA DATA
NO
|
DATA
FOKUS
|
PROBLEM
|
ETIOLOGI
|
1
|
DS
:
1. Klien
mengeluh Detak jantung tidak teratur (palpitasi)
2. Klien
mengeluh Sesak nafas
3. Klien
mengeluh Kelelahan dan letih
DO:
1. Klien
tampak lemah
2. Klien
tampak gelisah
3. Rontgen
thorak cardiomegaly
4. Echocardiography
hipokinesis pada apeks
5. Hasil
EKG:
a. Sinus
takikardia
b. Elevasi
segmen ST dan gelombang T
6. Hasil auskultasi bunyi jantung melemah dan
disertai bunyi gallop
Data Tambahan :
1. Terdapat
pembesaran pada vena jugularis
2. Penurunan
fraksi ejeksi
|
Penurunan curah jantung
|
Perubahan
kontraktilitas
|
2
|
DS
:
1. Klien
mengeluh Nyeri dada saat menarik nafas
2. Klien
mengeluh Sesak nafas
DO
:
1. Klien
tampak gelisah
2. Kaji
Nyeri
P: saat menarik nafas Q: seperti tertekan R: dada S: Skala 5 T: < 30 menit
TTV
:
N: 109 kali/ menit RR: 22 kali/menit |
Nyeri
akut
|
Agen
cedera biologis : infeksi
|
3
|
DS
:
1. Klien
mengeluh Detak jantung tidak teratur
2. Klien
mengeluh Kelelahan dan letih
DO
:
1. Klien
tampak gelisah
2. Rontgen
thorak cardiomegaly
3. Echocardiography
hipokinesis pada apeks
4. Hasil
EKG:
7. Sinus
takikardia
8. Elevasi
segmen ST dan gelombang T
5. Hasil
auskultasi bunyi jantung melemah dan disertai bunyi gallop
|
Resiko
penurunan perfusi jaringan jantung
|
|
4
|
DS
:
1. Klien
mengeluh Kelelahan dan letih
2. Klien
mengeluh Sesak nafas
3. Klien
mengeluh Nyeri dada saat menarik nafas
DO
:
1. Klien
tampak lemah
2. Hasil
EKG Sinus takikardia
3. Hasil
foto thoraks terdapat kardiomegali
4. Hasil
auskultasi bunyi jantung melemah dan disertai bunyi gallop
|
Intoleran
aktivitas
|
Tirah
baring
|
5
|
DS
:
Klien Mengeluh Demam
DO
:
1. Klien
tampak menggigil
2. TTV
:
N: 109 kali/ menit S: 38,50 C
3. Hasil
pemeriksaan lab :
c. Peningkatan
Eosinofil
d. Peningkatan
LDH
|
Hipertermia
|
Sepsis
|
6
|
DS
:
1. Keluarga
dan klien bertanya kenapa bisa terkena penyakit ini
DO
:
|
Defisiensi
Pengetahuan
|
Kurang
Informasi
|
DIAGNOSA
NO
|
DIAGNOSA
|
1
|
Penurunan
curah jantung b.d Perubahan kontraktilitas
|
2
|
Nyeri
akut b.d Agen cedera biologis (Infeksi dan iskemia)
|
3
|
Resiko
penurunan perfusi jaringan jantung
|
4
|
Intoleran
aktivitas b.d Tirah baring
|
5
|
Hipertermia
b.d sepsis
|
6
|
Defisiensi
pengetahuan b.d Kurang informasi
|
INTERVENSI
NO
|
TUJUAN
DAN KRITERIA HASIL
|
INTERVENSI
|
1
|
Setelah
di lakukan tindakan keperawatan selama fase akut (2 minggu) masalah
keperawatan penurunan curah jantung pasien dapat teratasi.
Kriteria
hasil :
1. Pasien
tidak tampak gelisah
2. Pasien
tidak merasa berdebar-debar
3. - TTV dalam
batas normal
TD : 110-120/70-80
mmHg
N : 80-100 x/mnt
RR : 16-24 x/mnt
4. Tidak ada kelelahan
5. Klien tidak ada lagi sesak nafas
6. Bunyi jantung normal
|
1. Monitor
TTV : Nadi, suhu , dan RR
2. Intruksikan
klien akan pentingnya melaporkan segera jika merasakan ketidaknyamanan di
bagian dada
3. Raba
nadi catat frekuensi, keteraturan, amplitudo, dan simetris
4. Auskultasi
bunyi jantung, catat frekuensi dan irama jantung
5. Anjurkan
kepada pasien untuk tidak melakukan aktivitas berat
6. Anjurkan untuk menurunkan stress
Kolaborasi
1. Kolaborasikan
dengan dokter untuk pemberian antibiotic : penicillin anak kurang 12 th
(25-50mg/kg/hari) dalam dosis terbagi setiap 6-8 jam, anak diatas 12 dan
dewasa 125-500 mg setiap 6-8 jam, cephalosporin dewasa : 250-500 mg per 8 jam,
anak 20-40 mg/kg per hari.
2. Kolaborasi
pemberian oksigen (2-6 l/menit)
3. Kolaborasi
pemberian obat sesuai indikasi, seperti digitalis (misalnya digoxin /
Dopamine), diuretic
|
2
|
Setelah
di lakukan tindakan keperawatan 2x24 jam nyeri menghilang/nyeri terkontrol
Kriteria
hasil :
1. Skala
nyeri menjadi 0
2. Pasien
tampak tenang
3. Pasien
tidak sesak nafas
4. TTV dalam batas
normal
N : 80-100 x/mnt
RR : 16-24 x/mnt
|
1. Pantau
TTV pasien :
Nadi dan RR
2. Berikan
lingkungan yang tenang
3. Atur
posisi pasien : fowler
4. Minta
pasien untuk menilai nyeri dengan skala 0-10, bila pasien tetap merasakan
nyeri kolaborasikan pemberian obat analgesic : antalgin, ibuprofen
5. Lakukan
pengkajian nyeri secara komprehensif meliputi : P,Q,R,S dan T
6. Ajarkan
pengguanaan teknik relaksasi tarik nafas dalam, bila pasien tetap merasa
sesak nafas kolaborasikan pemberian terapi oksigen
|
3
|
Setelah
di lakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pasien dapat mempertahankan perfusi jaringan
yang adekuat
Kriteria
hasil :
1. Pasien
merasa lebih tenang
2. Pasien
tidak tampak lelah
3. TTV dalam batas
normal
TD : 110-120/70-80 mmHg
N : 80-100 x/mnt
RR : 16-24 x/mnt
|
1. Pertahankan
tirah baring dalam posisi semi-fowler
2. Memberikan
tindakan kenyamanan, misalnya perubahan posisi dan gosokkan punggung
3. Kolaborasi
pemberian obat sesuai indikasi, seperti digitalis, diuretic
4. Kolaborasi
pemberian antiotik/antimicrobial intervena
|
4
|
Setelah
di lakukan tindakan keperawatan 3x24 jam pasien dapat menunjukkan peningkatan
yang dapat diukur dalam toleransi aktivitas
Kriteria
hasil :
1. Pasien
dapat melakukan aktivitas secara mandiri
2. Pasien tidak merasa nyeri saat melakukan
aktivitas
|
1. Bantu
pasien dalam program latihan progresif
bertahap
2. Mengkaji
respons pasien terhadap aktivitas
3. Pertahankan
tirah baring selama periode demam dan sesuai indikasi
4. Pantau
frekuensi/irama jantung, TD, dan frekuensi pernapasan sebelum dan sesudah
aktivitas
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan tenaga rehabilitasi medik dalam
merencanakan program terapi yang tepat
|
5
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3x24 jam diharapkan hipertermi dapat teratasi dengan
kriteria hasil :
-
Suhu 36,5-37,5°C
-
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing.
|
1.
Monitor suhu minimal setiap 2 jam sekali.
2.
Monitor warna dan suhu kulit.
3.
Selimuti pasien.
4.
Kompres pasien pada lipat paha dan aksila.
Kolaborasi :
1.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antipiretik.
|
6
|
Setelah
di lakukan tindakan keperawatan 2x24 jam keluarga pasien dan pasien dapat
memahami pemahaman tentang proses inflamasi, kebutuhan pengobatan dan
kemungkinan komplikasi
Kriteria
Hasil :
1. Pasien/orang
terdekat dapat mengetahui proses inflamasi
2. Pasien/orang
terdekat dapat mengetahui komplikasi yang dapat terjadi
3. Pasien/orang
terdekat dapat mengetahui pengobatan yang tepat
|
1. Kaji
kesiapan dan hambatan dalam belajar termasuk orang terdekat
2. Jelaskan
efek inflamasi pada jantung, secara individual pada pasien
3. Ajarkan
untuk memperhatikan gejala sehubungan dengan komplikasi
4. Anjurkan
pasien/orang terdekat pasien tentang dosis, tujuan, dan efek samping obat
|
BAB
IV
KESIMPULAN
DAN SARAN
Miokarditis merupakan
penyakit kardiovaskular yang menyerang otot jantung dan sejauh ini penyebabnya
masih idiopatik namun dapat juga dikatakan agen agen infeksi merupakan
faktor-faktor yang menyebabkan miokarditis. Ada beberapa pemeriksaan penunjang
untuk mengetahui penyakit miokarditis ini dan juga penatalaksanaannya.
Kita sebagai perawat
harus dapat mengetahui cara-cara penanganan yang tepat dalam penyakit ini, kita
harus mengetahuiberbagai penyebab nya juga agar tidak salah dalam pemberian
asuhan keperawatan, kita sebagai perawat harus selalu cepat dan gesit dalam
menangani penyakit miokarditis ini karena penyakit ini cukup berbahaya.
DAFTAR
PUSTAKA
Boedihartono, 1994, Proses Keperawatan
di Rumah Sakit, Jakarta.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku
Keperawatan Ed.31. EGC : Jakarta.
DEPKES. 1993. Proses Keperawatan
Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardiovaskuler. EGC : Jakarta.
Doenges, E. Marilynn. 1999. Rencana Asuhan
Keperawatan Ed. 3. EGC : Jakarta.
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus
Kedokteran. EGC : Jakarta.
FKUI. 1999. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam jilid 1. FKUI : Jakarta.
Griffith. 1994. Buku Pintar
Kesehatan. Arcan : Jakarta.
Comments
Post a Comment